this is a story of a sun kingdom in a land of Cavoria, the colourful life of their warriors. a story that would engulfed the readers in no time.

Selasa, 19 Oktober 2010

Your Guide to Suncreano



As you can see up here is the simple map of our beloved Kingdom, Suncreano.


Suncreano has a capital city called Indigzione. In their ancient language, it means light.
Indigzione is where all the main events in the Kingdom happens. Indigzione is the main, big city. A metropolitan one, as you would say nowadays. It's where Pampino's is, by the way.

While Indigzione holds their economy life, Soleil Castle is the 'government' center. This is where the King, Queen, Princes, Princesses, Knights, Warriors, and other people who helps them live through the day live.
The land which Soleil stands, in actual measurements, is actually as big as Indigzione. Because practically it's another town inside the castle. Because there are blacksmiths, cooks, counselors, the elders and many more, lives.

Soleil has a tiny garden behind it, the one with a lake in it. That's what we called the Mirror Lake. The Lake is so clear and clean that it reflects anything above so perfect, like a mirror. Beside the Mirror Lake there's actually a gazebo which they called the Lantern, because the fireflies lit it up at night and make it look like a lantern from afar.

In the back of the castle, there's a big, never-ending meadow called Bracillo. Actually it ended with lands full of trees that if you walk through it, you'll find a cliff behind it, and meters below, the blue ocean awaits you.
Bracillo is where the resident of Soleil plays, exercise, etc. There are stables, shacks as well.

And then there's your regular forest. In Suncreano, the name's Verdorme. People hardly goes there, and me, personally thinks that it held a secret...

Arckageigh and Seichna is the beaches. Arckageigh is commonly known because of its place that is next to Indigzione, so lots of people work and play in Arckageigh.
While Seichna is forgotten because half of it is covered by wild trees, yet Hector found Seichna very peaceful and beautiful because of the scenery, and its soft, white sands.

Ackaraina and Vermoux is the small towns in Suncreano. Well... we can't call it small either, but it's a minor town. Ackaraina is your peaceful village. Lots of farms and meadows. While Vermoux is the rough one. Though not as noisy as Indigzione, people in Vermoux known as their barbaric actions, but nonetheless, they are all good men.



And that's all we wanna say now! Feel free to ask anything about Suncreano, except the story itself (d'uh). Thank you!

13

Jalanan yang menyempit dan udara yang dingin adalah perpaduan yang kurang menyenangkan, pikir Yemima. Namun ia bersikukuh melewati rute tercepat dari Istana ke Indigzione ini, hanya untuk menjemput makhluk-makhluk aneh tidak bertanggung jawab yang ia sebut teman.

Perlahan lantunan keramaian merayapi kuping Yemima. Lampu jalanan mulai memasuki gang yang ditelusuri sang putri. Ia pun mempergegas dan memperlebar langkahnya, ingin segera mengakhiri perjalanan singkatnya. Tak lama, hadirlah sebuah papan bertuliskan Pampino's di hadapannya.

Lagu bertempo riang dengan sisipan nada sendu seketika menghampirinya bersamaan dengan udara hangat yang menghembus dari dalam Pampino's. Dengan cepat, mata Yemima menelusuri seluruh isi ruangan, mencari tanda keberadaan orang-orang yang diinginkan.

Matanyapun jatuh kepada saudara sedarahnya yang tampak sedang menikmati dikelilingi para gadis. Yemima pun berjalan mendekat, dan menangkap sorakan kecil gadis-gadis tersebut untuk Hector.


'Hector! Ayo kita pergi ke Arckageigh'
'Bawa aku ke Soleil, Pangeran!'
'Ijinkan aku menunggangi Versil bersama mu!'


Dan tentu saja Hector menikmati setiap atensi yang ditujukan kepadanya. Bagaimana tidak? Sedari tadi ia dipuja dan dimanjakan oleh gadis-gadis jelita.

"Hector!" Yemima hampir berteriak untuk mengalihkan perhatian Hector kepadanya.

Setengah sadar, Hector menolehkan kepalanya, menatap heran akan kehadiran kakaknya tersayang. "Yemima!" Hector melebarkan tangannya, menyambut Yemima seiring dengan senyuman yang muncul menghiasi wajahnya.
"Hector." Yemima sekali lagi memanggil Hector dengan nada tegas yang tak main-main. Memaksakan sebuah senyum, Yemima melanjutkan, "Soleil. Sekarang."

Melihat ekspresi Hector yang masih kebingungan, dengan helaan nafas panjang, Yemima berusaha mengucapkan hal yang ingin disampaikannya sekali lagi.
"Bukankah kau berjanji untuk menemani Raja Phidias bermain catur, Hector?" dia berusaha mengucapkannya semanis mungkin.
Para gadis tertawa lembut dan menanggapi perkataan Yemima mengenai Hector; betapa hebatnya Pangeran dapat berbincang dan menghabiskan waktu luang dengan Raja negeri seberang, terlebih Ledgetair.

Beberapa detik berlalu sebelum Hector mengerti sepenuhnya.
"Aah... Apakah Dia marah?' Hector bertanya pelan.
Mengulum senyum sambil membalikkan badan, Yemima menjawab, "Ia hanya kesal."

Kamis, 24 Juni 2010

12

"Kemana Hector, Kirlia?" Yemima separuh berbisik.
Untuk saja Eduard sedang berbincang dengan Phidias dalam acara makan malam bersama, kalau tidak Yemima akan ditegur dikarenakan perilakunya yang tidak sopan; berbisik di depan tamu.

"Mana aku tahu? Terakhir dia mengantarku kembali ke istana, lalu hilang kembali dengan Versil!" Kirlia berteriak dalam bisikannya.

Yemima mengerang. Pundaknya sekilas jatuh sambil ia mengambil sesendok makanan dari piringnya.
Eduard melirik Yemima lalu berkata dengan suaranya yang berwibawa, "Dimana Hector, Yemima?"

Mengangkat kepalanya, ia membalas ayahnya dengan sebuah tatapan.
"Permisi, Raja Phidias, Pangeran Leonidas." dengan kalimat itu, Yemima meninggalkan ruang makan yang sudah ditata rapih oleh pegawai istana.

Gabriella dan Kirlia pun hanya bisa berbalas pandang.


Leonidas melegakan tenggorokannya, memecahkan keheningan di meja makan.
Suasananya kembali seperti semula. Eduard pun meminta maaf atas sikap anak-anaknya terhadap Phidias.
"Tenang saja, Eduard. Kalau bukan begitu, aku akan heran," katanya terhadap Eduard. Melihat muka bingung Eduard, Phidias melanjutkan, "Karena begitulah anak muda. Lancelot ini, juga tidak seperti yang kau lihat pada luarnya." dengan begitu kedua sahabat kerajaan ini tertawa.

"Seperti apa Hector, Gabriella?" Leonidas melanjutkan perbincangan kecil antara dia dengan putri Matahari ini. Sambil tertawa kecil, Gabriella menjawab, "Untuk hal itu tanyalah kepada Kirlia. Aku sebagai kakaknya hanya bisa menceritakan sisi buruknya." Mereka pun tertawa.

"Jadi? Bagaimana Hector?" Leonidas memalingkan mukanya ke Kirlia.
Dengan pipi yang merona, Kirlia menjawab. "Walaupun dia terkadang suka melakukan hal yang kekanak-kanakan dan egois, tapi Pangeran sangat berwibawa pada saatnya, dia memiliki hati yang baik didukung dengan auranya yang kuat." Kirlia berkata dengan senyum kecil diwajahnya.

Semua pun ikut tersenyum melihat kejujuran Kirlia.

Minggu, 20 Juni 2010

I'm Just Sayin...

1. I think that Paul's Band is similar to Jack Johnson.

2. Sorry about the punctuation mark. I've noticed some mistakes but (so sorry) I'm too lazy to edited it, maybe some other time.

3. Keep reading and please, please, please i beg you to comment! Because in that way, i know that people really read my story, so... please!!

-we love you readers

11

"Oh!" Seru Gertrude saat melihat Lancelot, Hades, Hector, dan Ruffalo memasuki tempat kerjanya. Gertrude merupakan salah satu koki di Pampino's. Dan dia merupakan sepupu Cornelia yang bekerja di istana.

Para lelaki pun membungkuk untuk menyambut pelukan hangat dari Gertrude. Badannya yang gempal, dan rambut merahnya yang menyala menambah kehangatan dalam setiap pelukan yang ia beri.

"Hai, Gertrude. Tidak apa kami datang dan mengganggumu, bukan?" Kata Hades. Seraya mencubit pipi Hades, Gertrude membalas, "Bagaimana aku bisa keberatan untuk membuat masakan bagi pemuda tampan seperti kalian?"

"Oh ya, Malam ini, Paul akan bermain." Kata Gertrude sambil mengedipkan matanya.

Sebelum Gertrude kembali ke dapur, Lancelot mencegahnya. "Hey, Gertrude. Apakah... Janina ada ?" Lancelot menanyakannya dengan nada penuh keraguan sambil berbisik.

"Lancelot !" Tiba-tiba terdengar suara melengking yang berteriak.Lancelot mengutuk dalam hati.

Janina ! seru Lancelot malas dalam hatinya.

Lancelot membalas sapaan Janina dengan senyuman kecut, yang Janina tak bisa rasakan. "Kemana saja kau, Lancelot? Sudah lama kau tidak kemari lagi?" Kata Janina sambil menarik Lancelot ke salah satu sisi bar tempat teman-temannya berada."Ehh ya... Tidak apa-apa." Lancelot berkata sambil menarik tangannya dari pelukan Janina.

Beberapa saat kemudian Gertrude kembali dengan berbagai macam makanan. Mereka bercanda tawa dan bersantai sejenak. Kecuali Lancelot yang selalu berusaha lepas dari cengkraman Janina tentunya.

Langit menggelap, waktu berjalan, tapi Pampino's makin ramai. Beberapa orang sudah mulai kehilangan kesadarannya. Saat para lelaki mulai meneguk minuman keras pertama untuk malam ini, dentuman bass terdengar dari arah panggung.

"Hey ! Itu pasti Paul's." Kata Ruffalo semangat.

Di Pampino's ada sebuah grup musik yang cukup dikenal. Penyanyi utamanya bernama Paul, makanya kebanyakan orang-orang memanggil nama grup mereka cukup dengan sebutan Paul's. Dentuman double bass sudah dilantunkan oleh Billy.

"Selamat malam, tuan-tuan dan nona-nona," Paul membuka penampilan dengan salam, sambil menebarkan senyum kepada gadis-gadis yang sedang berkunjung ke Pampino's. Mereka membalas Paul dengan tawa. Rick memainkan beberapa nada dipianonya sambil John membetulkan senar gitarnya.

Meniupkan harmonikanya sebagai pembukaan, Paul melantunkan nada halus dan lincah. Billy pun mengikuti nada harmonika Paul yang disusul oleh Rick dan John. Terkagum atas spontanitas berirama mereka yang indah, penonton memberi tepukan dan sorakan.

Setelah itu, pertunjukan yang sesungguhnya dimulai. Suara Paul yang lembut namun tegas menghanyutkan para penonton.

Malam ini baru saja dimulai.

Sabtu, 19 Juni 2010

10


Angin malam. Lampu remang. Dan ricuh suara penduduk.


Tiga hal yang dapat mendeskripsikan Indigzione saat malam. Kota utama di Suncreano ini adalah pusat kegiatan saat malam. Lantunan lagu yang lembut dan halus menjalar dari berbagai tempat, menyatu dengan suara sekitarnya.

"Ahh, sudah dapat kukecapi rasa makanan yang sedang Gertrude buat." Hector berkata dengan penuh semangat. Mengerutkan dahinya, Lancelot membalas, "Jadi kita akan makan di Pampino's ?" Dia mengerang malas.
"Apakah kau punya ide lain, Lancelot ? Lagipula mengapa kau malas ke tempat Pampino ? Memiliki darah yang sama dengan Cornelia membuat Gertrude juga pintar memasak, kan?" Kata Hades santai.
"Sungguh, Hades. Itu kalimat terpanjang yang kudengar darimu hari ini." Lancelot menatap takjub.

Tertawa, Ruffalo berkata, "Kau lupa, Hades, apa yang menyebabkan Lancelot malas untuk makan di tempat Pampino?" Pertanyaan Ruffalo menggantung di udara.

"Ah!" Hector berseru. Hades melihatnya dengan tatapan tanda tanya sebelum ikut menyusul Hector, "Aku ingat!" Serunya.
"Janina." Hector dan Hades mengucapkannya bersamaan.

Janina adalah anak perempuan Pampino yang memiliki perasaan khusus terhadap Lancelot. Awalnya dia sangat manis terhadap Lancelot, tapi lama-lama Janina menjadi sangat tergila-gila akan Lancelot dan selalu melemparkan dirinya pada Lancelot setiap kali mereka bertemu. Itulah yang membuat Lancelot menjadi kurang menyukai Janina dan berusaha menghindarinya disetiap kesempatan. Dan tentunya ini adalah bahan tertawaan untuk teman-temannya. Lancelot kembali mengerang dan berjalan menjauhi mereka yang sedang menertawakannya.

"Itu alasan pertama bagi Lancelot. Alasan kedua adalah... Pampino sudah menoreh nama Lancelot di daftar hitamnya." Kata Ruffalo seiring melanjutkan tawanya.

"Sudahlah, Ruffalo! Dan kejadian yang membuatku menghancurkan separuh tempatnya adalah salah lelaki brutal itu!" Lancelot setengah berteriak.
"Ya, tentu. Tapi ketika seseorang menyerang orang lain yang jauh lebih besar, menjatuhkannya berkali-kali, dan membuatnya tidak sadar, akan membawa dampak yang besar di tempat pertarungan. Yang tidak lain adalah tempat makan Pampino." Hector menjelaskan sambil separuh tertawa.

Hades pun menepuk bahu Lancelot, "Ayolah, kita sudah sampai." Erangan kembali keluar dari bibir Lancelot sambil memasuki Pampino's dengan didorong teman-temannya.

Rabu, 31 Maret 2010

9

"Jadi... Kau sudah mengantarnya sampai ke istana?" Ruffalo berkata dengan nada tidak sabar sambil mengetukkan kakinya ke tanah.
"Ya..." Hector menjawabnya dengan malas.
"Kau mengantarnya sampai ke Cornelia?" suara Ruffalo medesak Hector.
"Ya, Ruffalo! Ya! Tenanglah sedikit!" Hector mulai menaikkan nada bicaranya.

Ruffalo tersenyum geli, "Seorang anak kecilpun tahu untuk berhati-hati saat berhubungan dengan Pangeran Penakluk sepertimu, Hector. Aku hanya menjalankan tugasku sebagai seorang kakak."
"Ya, ya, ya. Bernapaslah sesaat, Ruf. Dan aku tidak seburuk yang mereka katakan..." kata Hector sambil mengeluarkan senyum misteriusnya.

"Kau tidak boleh bermain-main dengan yang satu ini, Hector." Ruffalo menatap mata Hector dan menjejakan kakinya ke tanah. Tertawa kecil, Ruffalo melanjutkan, "Lebih baik kita ke Bracillo secepatnya. Kujamin Lancelot dan Hades sudah bosan menunggu." Merekapun beranjak dari istal dan berlari turun ke Bracillo Meadow.







"Apa yang membuat kalian datang begitu lama? Yemima saja bisa bersiap-siap lebih cepat dari kalian." kata Lancelot saat melihat Ruffalo dan Hector datang.
"Kalau kalian masih ingin mengisi kebutuhan perut kalian, lebih baik bergerak cepat." kata Hades yang sudah berjalan lebih dahulu.

Merekapun mulai menyusuri malam yang sunyi itu.