this is a story of a sun kingdom in a land of Cavoria, the colourful life of their warriors. a story that would engulfed the readers in no time.

Kamis, 03 September 2009

2

“Hector ! Tunggu ! Berhenti !” Kirlia berseru sambil berlari menyusul Hector. “Diamlah kau Kirlia ! Berhenti mengejarku dan berhenti mencampuri urusanku !” bentak Hector sambil berjalan memunggungi Kirlia.
Kerenangan menyelimuti mereka berdua untuk sesaat. “Ya… Kalau dipikir-pikir, aku memang selalu mencampuri urusanmu. Memarahimu, menegur, mengingatkan, mengomentari hal-hal yang tidak ada hubungannya denganku. Sekarang makin jelas ditelingku ‘memangnya siapa aku ?’” kata Kirlia sambil menghela nafas.
“Kirlia… Bukan maks- aku hanya, maaf-. Ah !” Hector tidak dapat menemukan kata-kata yang dimaksud. “Jernihkanlah pikiranmu, Hector. Jangan membuat berpikir seperti Arthur. Bahwa kau selalu bertingkah seperti anak-anak.” Perlahan Kirlia berjalan menjauhinya sambil mengulas sebuah senyum.

Kembali ke padang rumput di kerajaan Suncreano, Bracillo meadow.
Tak lama setelah Hector pergi, dengan menyusulnya Kirlia, datanglah kedua jenderal Suncreano lainnya, Lancelot dan Gallahad.
“Wah, wah, seperti biasa, ‘Sir Arthur’ sangat tegas terhadap muridnya. Sayang kami melewatkan pertunjukan seru tadi. Bukankah begitu, Gallahad ? Hahaha…” kata Lanclelot sementara Gallahad hanya menyeringai sebagai balasan.
“Dan seperti biasa, tidak ada sopan santun dalam ucapanmu, Lancelot.” Balas Arthur. “Latihan pagi sudah selesai ! Setelah makan siang nanti harap kalian melanjutkan latihan bersama Lancelot dan Gallahad !” kata Arthur yang pergi ke istana setelah menepuk bahu Gallahad.

Matahari sudah di titik tertingginya, kegiatan di dalam dan di luar istana sudah meramai. Di salah satu ruang makan beberapa orang telah berkumpul. Cornelia, kepala pembantu di Soleil Castle, sedang menyiapkan makanan untuk penghuni utama. Di meja sudah ada Gabriella, Yemima, Kirlia, Lancelot, Ruffalo, dan Hades. “ Terima kasih, Cornelia.” Kata Yemima saat Cornelia membagi makanan di meja. “Hey apakah ada yang melihat Hector ?” lanjutnya.
“Mungkin di kamarnya ? Masih bersungut-sungut ?” kata Lancelot sambil menyeringai. “Jangan mengejeknya Lance, kau ini usil sekali” tegur Yemima sambil menonjak bahunya dengan main-main.
“Bukankah kau tadi bersamanya Kirlia ?” Tanya Gabriella sambil menyantap sup ayam dengan crouton. “Tadi aku meninggalkannya di danau. Dia hanya bisa membuat orang kesal. “ kata Kirlia ketus.
“Apakah benar begitu, Kirlia ?” sekarang kakaknya sendiri yang menggodanya, Ruffalo. Terdengar ketawa kecil diantara Ruffalo dan Lancelot. Mereka berdua memang usil. Hades ? Dia hanya tersenyum kecil. “Diam !” teriak Gabriella dan Kirlia bersamaan. Sementara Yemima sudah terbiasa dengan keusilan mereka berdua.
“Dia ada di istal.” Kata Hades. Dia memang jarang berbicara dan selalu mengucapkan hal yang seperlunya.
“Kapan kau melihatnya ?” Tanya Gabriella. “Saat sedang berjalan menuju kemari, Gabriella.” Jawab Hades. Tak lama, Kirlia berdiri, mengambil keranjang kecil dan kain pembungkus. Ia memasukan beberapa roti, keju, dan sosis, lalu pergi meninggalkan meja makan tanpa berkata apa-apa. Hal yang wajar untuk dilihat. Karena Kirlialah yang selalu membantu dan menemani Hector, memarahi dan mengingatkannya juga.


Langit sore menghampiri kerajaan Suncreano. Dengan suara burung dan bunyi gemerisik daun yang menemani langkah kaki kuda yang berjalan menuju kastil matahari.
“Yang mulia, Raja Phidias, beserta putranya, Pangeran Leonidas telah sampai di istana. Mereka menunggu di ruang pertemuan, yang mulia.” Kata Boticelli, pembantu pribadi raja. “ Baiklah, aku akan segera menyusul. Dan tolong sampaikan Cornelia bahwa ia harus membantu putri Gabriella bersiap-siap.” Perintah raja

On the surface, happiness and contentment abounded, but as many things the surface gave a treach-
‘tok tok tok’ terdengar bunyi ketuk di pintu. “Masuk.” Kata Gabriella sedikit kesal karena sedang asik membaca buku.
“Maaf mengganggu anda, putri, tetapi ayah anda meminta anda untuk bersiap-siap.” Kata Cornelia. ‘bersiap-siap ?’ pikir Gabriella ‘untuk apa ?’. Seakan menjawab pertanyaan sang putri Cornelia melanjutkan, “Raja Phidias beserta putranya pangeran Leonidas telah hadir untu-“ “Ah, benar. Terima kasih, Cornel. Aku akan segera menyusul.” Potong Gabriella, diikuti oleh anggukan kecil Cornelia.