this is a story of a sun kingdom in a land of Cavoria, the colourful life of their warriors. a story that would engulfed the readers in no time.

Selasa, 19 Oktober 2010

Your Guide to Suncreano



As you can see up here is the simple map of our beloved Kingdom, Suncreano.


Suncreano has a capital city called Indigzione. In their ancient language, it means light.
Indigzione is where all the main events in the Kingdom happens. Indigzione is the main, big city. A metropolitan one, as you would say nowadays. It's where Pampino's is, by the way.

While Indigzione holds their economy life, Soleil Castle is the 'government' center. This is where the King, Queen, Princes, Princesses, Knights, Warriors, and other people who helps them live through the day live.
The land which Soleil stands, in actual measurements, is actually as big as Indigzione. Because practically it's another town inside the castle. Because there are blacksmiths, cooks, counselors, the elders and many more, lives.

Soleil has a tiny garden behind it, the one with a lake in it. That's what we called the Mirror Lake. The Lake is so clear and clean that it reflects anything above so perfect, like a mirror. Beside the Mirror Lake there's actually a gazebo which they called the Lantern, because the fireflies lit it up at night and make it look like a lantern from afar.

In the back of the castle, there's a big, never-ending meadow called Bracillo. Actually it ended with lands full of trees that if you walk through it, you'll find a cliff behind it, and meters below, the blue ocean awaits you.
Bracillo is where the resident of Soleil plays, exercise, etc. There are stables, shacks as well.

And then there's your regular forest. In Suncreano, the name's Verdorme. People hardly goes there, and me, personally thinks that it held a secret...

Arckageigh and Seichna is the beaches. Arckageigh is commonly known because of its place that is next to Indigzione, so lots of people work and play in Arckageigh.
While Seichna is forgotten because half of it is covered by wild trees, yet Hector found Seichna very peaceful and beautiful because of the scenery, and its soft, white sands.

Ackaraina and Vermoux is the small towns in Suncreano. Well... we can't call it small either, but it's a minor town. Ackaraina is your peaceful village. Lots of farms and meadows. While Vermoux is the rough one. Though not as noisy as Indigzione, people in Vermoux known as their barbaric actions, but nonetheless, they are all good men.



And that's all we wanna say now! Feel free to ask anything about Suncreano, except the story itself (d'uh). Thank you!

13

Jalanan yang menyempit dan udara yang dingin adalah perpaduan yang kurang menyenangkan, pikir Yemima. Namun ia bersikukuh melewati rute tercepat dari Istana ke Indigzione ini, hanya untuk menjemput makhluk-makhluk aneh tidak bertanggung jawab yang ia sebut teman.

Perlahan lantunan keramaian merayapi kuping Yemima. Lampu jalanan mulai memasuki gang yang ditelusuri sang putri. Ia pun mempergegas dan memperlebar langkahnya, ingin segera mengakhiri perjalanan singkatnya. Tak lama, hadirlah sebuah papan bertuliskan Pampino's di hadapannya.

Lagu bertempo riang dengan sisipan nada sendu seketika menghampirinya bersamaan dengan udara hangat yang menghembus dari dalam Pampino's. Dengan cepat, mata Yemima menelusuri seluruh isi ruangan, mencari tanda keberadaan orang-orang yang diinginkan.

Matanyapun jatuh kepada saudara sedarahnya yang tampak sedang menikmati dikelilingi para gadis. Yemima pun berjalan mendekat, dan menangkap sorakan kecil gadis-gadis tersebut untuk Hector.


'Hector! Ayo kita pergi ke Arckageigh'
'Bawa aku ke Soleil, Pangeran!'
'Ijinkan aku menunggangi Versil bersama mu!'


Dan tentu saja Hector menikmati setiap atensi yang ditujukan kepadanya. Bagaimana tidak? Sedari tadi ia dipuja dan dimanjakan oleh gadis-gadis jelita.

"Hector!" Yemima hampir berteriak untuk mengalihkan perhatian Hector kepadanya.

Setengah sadar, Hector menolehkan kepalanya, menatap heran akan kehadiran kakaknya tersayang. "Yemima!" Hector melebarkan tangannya, menyambut Yemima seiring dengan senyuman yang muncul menghiasi wajahnya.
"Hector." Yemima sekali lagi memanggil Hector dengan nada tegas yang tak main-main. Memaksakan sebuah senyum, Yemima melanjutkan, "Soleil. Sekarang."

Melihat ekspresi Hector yang masih kebingungan, dengan helaan nafas panjang, Yemima berusaha mengucapkan hal yang ingin disampaikannya sekali lagi.
"Bukankah kau berjanji untuk menemani Raja Phidias bermain catur, Hector?" dia berusaha mengucapkannya semanis mungkin.
Para gadis tertawa lembut dan menanggapi perkataan Yemima mengenai Hector; betapa hebatnya Pangeran dapat berbincang dan menghabiskan waktu luang dengan Raja negeri seberang, terlebih Ledgetair.

Beberapa detik berlalu sebelum Hector mengerti sepenuhnya.
"Aah... Apakah Dia marah?' Hector bertanya pelan.
Mengulum senyum sambil membalikkan badan, Yemima menjawab, "Ia hanya kesal."

Kamis, 24 Juni 2010

12

"Kemana Hector, Kirlia?" Yemima separuh berbisik.
Untuk saja Eduard sedang berbincang dengan Phidias dalam acara makan malam bersama, kalau tidak Yemima akan ditegur dikarenakan perilakunya yang tidak sopan; berbisik di depan tamu.

"Mana aku tahu? Terakhir dia mengantarku kembali ke istana, lalu hilang kembali dengan Versil!" Kirlia berteriak dalam bisikannya.

Yemima mengerang. Pundaknya sekilas jatuh sambil ia mengambil sesendok makanan dari piringnya.
Eduard melirik Yemima lalu berkata dengan suaranya yang berwibawa, "Dimana Hector, Yemima?"

Mengangkat kepalanya, ia membalas ayahnya dengan sebuah tatapan.
"Permisi, Raja Phidias, Pangeran Leonidas." dengan kalimat itu, Yemima meninggalkan ruang makan yang sudah ditata rapih oleh pegawai istana.

Gabriella dan Kirlia pun hanya bisa berbalas pandang.


Leonidas melegakan tenggorokannya, memecahkan keheningan di meja makan.
Suasananya kembali seperti semula. Eduard pun meminta maaf atas sikap anak-anaknya terhadap Phidias.
"Tenang saja, Eduard. Kalau bukan begitu, aku akan heran," katanya terhadap Eduard. Melihat muka bingung Eduard, Phidias melanjutkan, "Karena begitulah anak muda. Lancelot ini, juga tidak seperti yang kau lihat pada luarnya." dengan begitu kedua sahabat kerajaan ini tertawa.

"Seperti apa Hector, Gabriella?" Leonidas melanjutkan perbincangan kecil antara dia dengan putri Matahari ini. Sambil tertawa kecil, Gabriella menjawab, "Untuk hal itu tanyalah kepada Kirlia. Aku sebagai kakaknya hanya bisa menceritakan sisi buruknya." Mereka pun tertawa.

"Jadi? Bagaimana Hector?" Leonidas memalingkan mukanya ke Kirlia.
Dengan pipi yang merona, Kirlia menjawab. "Walaupun dia terkadang suka melakukan hal yang kekanak-kanakan dan egois, tapi Pangeran sangat berwibawa pada saatnya, dia memiliki hati yang baik didukung dengan auranya yang kuat." Kirlia berkata dengan senyum kecil diwajahnya.

Semua pun ikut tersenyum melihat kejujuran Kirlia.

Minggu, 20 Juni 2010

I'm Just Sayin...

1. I think that Paul's Band is similar to Jack Johnson.

2. Sorry about the punctuation mark. I've noticed some mistakes but (so sorry) I'm too lazy to edited it, maybe some other time.

3. Keep reading and please, please, please i beg you to comment! Because in that way, i know that people really read my story, so... please!!

-we love you readers

11

"Oh!" Seru Gertrude saat melihat Lancelot, Hades, Hector, dan Ruffalo memasuki tempat kerjanya. Gertrude merupakan salah satu koki di Pampino's. Dan dia merupakan sepupu Cornelia yang bekerja di istana.

Para lelaki pun membungkuk untuk menyambut pelukan hangat dari Gertrude. Badannya yang gempal, dan rambut merahnya yang menyala menambah kehangatan dalam setiap pelukan yang ia beri.

"Hai, Gertrude. Tidak apa kami datang dan mengganggumu, bukan?" Kata Hades. Seraya mencubit pipi Hades, Gertrude membalas, "Bagaimana aku bisa keberatan untuk membuat masakan bagi pemuda tampan seperti kalian?"

"Oh ya, Malam ini, Paul akan bermain." Kata Gertrude sambil mengedipkan matanya.

Sebelum Gertrude kembali ke dapur, Lancelot mencegahnya. "Hey, Gertrude. Apakah... Janina ada ?" Lancelot menanyakannya dengan nada penuh keraguan sambil berbisik.

"Lancelot !" Tiba-tiba terdengar suara melengking yang berteriak.Lancelot mengutuk dalam hati.

Janina ! seru Lancelot malas dalam hatinya.

Lancelot membalas sapaan Janina dengan senyuman kecut, yang Janina tak bisa rasakan. "Kemana saja kau, Lancelot? Sudah lama kau tidak kemari lagi?" Kata Janina sambil menarik Lancelot ke salah satu sisi bar tempat teman-temannya berada."Ehh ya... Tidak apa-apa." Lancelot berkata sambil menarik tangannya dari pelukan Janina.

Beberapa saat kemudian Gertrude kembali dengan berbagai macam makanan. Mereka bercanda tawa dan bersantai sejenak. Kecuali Lancelot yang selalu berusaha lepas dari cengkraman Janina tentunya.

Langit menggelap, waktu berjalan, tapi Pampino's makin ramai. Beberapa orang sudah mulai kehilangan kesadarannya. Saat para lelaki mulai meneguk minuman keras pertama untuk malam ini, dentuman bass terdengar dari arah panggung.

"Hey ! Itu pasti Paul's." Kata Ruffalo semangat.

Di Pampino's ada sebuah grup musik yang cukup dikenal. Penyanyi utamanya bernama Paul, makanya kebanyakan orang-orang memanggil nama grup mereka cukup dengan sebutan Paul's. Dentuman double bass sudah dilantunkan oleh Billy.

"Selamat malam, tuan-tuan dan nona-nona," Paul membuka penampilan dengan salam, sambil menebarkan senyum kepada gadis-gadis yang sedang berkunjung ke Pampino's. Mereka membalas Paul dengan tawa. Rick memainkan beberapa nada dipianonya sambil John membetulkan senar gitarnya.

Meniupkan harmonikanya sebagai pembukaan, Paul melantunkan nada halus dan lincah. Billy pun mengikuti nada harmonika Paul yang disusul oleh Rick dan John. Terkagum atas spontanitas berirama mereka yang indah, penonton memberi tepukan dan sorakan.

Setelah itu, pertunjukan yang sesungguhnya dimulai. Suara Paul yang lembut namun tegas menghanyutkan para penonton.

Malam ini baru saja dimulai.

Sabtu, 19 Juni 2010

10


Angin malam. Lampu remang. Dan ricuh suara penduduk.


Tiga hal yang dapat mendeskripsikan Indigzione saat malam. Kota utama di Suncreano ini adalah pusat kegiatan saat malam. Lantunan lagu yang lembut dan halus menjalar dari berbagai tempat, menyatu dengan suara sekitarnya.

"Ahh, sudah dapat kukecapi rasa makanan yang sedang Gertrude buat." Hector berkata dengan penuh semangat. Mengerutkan dahinya, Lancelot membalas, "Jadi kita akan makan di Pampino's ?" Dia mengerang malas.
"Apakah kau punya ide lain, Lancelot ? Lagipula mengapa kau malas ke tempat Pampino ? Memiliki darah yang sama dengan Cornelia membuat Gertrude juga pintar memasak, kan?" Kata Hades santai.
"Sungguh, Hades. Itu kalimat terpanjang yang kudengar darimu hari ini." Lancelot menatap takjub.

Tertawa, Ruffalo berkata, "Kau lupa, Hades, apa yang menyebabkan Lancelot malas untuk makan di tempat Pampino?" Pertanyaan Ruffalo menggantung di udara.

"Ah!" Hector berseru. Hades melihatnya dengan tatapan tanda tanya sebelum ikut menyusul Hector, "Aku ingat!" Serunya.
"Janina." Hector dan Hades mengucapkannya bersamaan.

Janina adalah anak perempuan Pampino yang memiliki perasaan khusus terhadap Lancelot. Awalnya dia sangat manis terhadap Lancelot, tapi lama-lama Janina menjadi sangat tergila-gila akan Lancelot dan selalu melemparkan dirinya pada Lancelot setiap kali mereka bertemu. Itulah yang membuat Lancelot menjadi kurang menyukai Janina dan berusaha menghindarinya disetiap kesempatan. Dan tentunya ini adalah bahan tertawaan untuk teman-temannya. Lancelot kembali mengerang dan berjalan menjauhi mereka yang sedang menertawakannya.

"Itu alasan pertama bagi Lancelot. Alasan kedua adalah... Pampino sudah menoreh nama Lancelot di daftar hitamnya." Kata Ruffalo seiring melanjutkan tawanya.

"Sudahlah, Ruffalo! Dan kejadian yang membuatku menghancurkan separuh tempatnya adalah salah lelaki brutal itu!" Lancelot setengah berteriak.
"Ya, tentu. Tapi ketika seseorang menyerang orang lain yang jauh lebih besar, menjatuhkannya berkali-kali, dan membuatnya tidak sadar, akan membawa dampak yang besar di tempat pertarungan. Yang tidak lain adalah tempat makan Pampino." Hector menjelaskan sambil separuh tertawa.

Hades pun menepuk bahu Lancelot, "Ayolah, kita sudah sampai." Erangan kembali keluar dari bibir Lancelot sambil memasuki Pampino's dengan didorong teman-temannya.

Rabu, 31 Maret 2010

9

"Jadi... Kau sudah mengantarnya sampai ke istana?" Ruffalo berkata dengan nada tidak sabar sambil mengetukkan kakinya ke tanah.
"Ya..." Hector menjawabnya dengan malas.
"Kau mengantarnya sampai ke Cornelia?" suara Ruffalo medesak Hector.
"Ya, Ruffalo! Ya! Tenanglah sedikit!" Hector mulai menaikkan nada bicaranya.

Ruffalo tersenyum geli, "Seorang anak kecilpun tahu untuk berhati-hati saat berhubungan dengan Pangeran Penakluk sepertimu, Hector. Aku hanya menjalankan tugasku sebagai seorang kakak."
"Ya, ya, ya. Bernapaslah sesaat, Ruf. Dan aku tidak seburuk yang mereka katakan..." kata Hector sambil mengeluarkan senyum misteriusnya.

"Kau tidak boleh bermain-main dengan yang satu ini, Hector." Ruffalo menatap mata Hector dan menjejakan kakinya ke tanah. Tertawa kecil, Ruffalo melanjutkan, "Lebih baik kita ke Bracillo secepatnya. Kujamin Lancelot dan Hades sudah bosan menunggu." Merekapun beranjak dari istal dan berlari turun ke Bracillo Meadow.







"Apa yang membuat kalian datang begitu lama? Yemima saja bisa bersiap-siap lebih cepat dari kalian." kata Lancelot saat melihat Ruffalo dan Hector datang.
"Kalau kalian masih ingin mengisi kebutuhan perut kalian, lebih baik bergerak cepat." kata Hades yang sudah berjalan lebih dahulu.

Merekapun mulai menyusuri malam yang sunyi itu.

Senin, 29 Maret 2010

8

"Ruffalo? Mengapa kau ada disini?" Gabriella menghampiri Ruffalo yang berada di istal. Leonidas dengan pelan mengikuti Gabriella dari belakang berkata, "Untuk apa kita kesini, Gabriella?"

Ruffalo keluar dari dalam istal dan melihat Gabriella yang bersama dengan Leonidas."Selamat malam, Putri. Saya sedang melihat keadaan Zeit." Zeit adalah kuda Ruffalo yang berwarna abu-abu kecoklatan. Ruffalo yang menyadari kehadiran Leonidas pun menyapa, "Selamat malam, pangeran." kata Ruffalo sambil menganggukan kepalanya.

"Leonidas, dia adalah... sahabatku, Ruffalo." kata Gabriella memperkenalkan Ruffalo. Leonidas membalas Ruffalo dengan senyuman kecut, anggukan kecil dan tatapan yang... merendahkan.

"Cornel sudah mencari kita semua, kau tidak mau ketinggalan masakan Cornelia, kan?" Kata Gabriella mengingatkan Ruffalo akan makan malam. "Aku akan segera menyusul, Putri. Aku sedang menunggu Hector." "Baiklah. Kami tunggu kalian di meja makan." Gabriella berkata dengan penuh keriangan sambil beranjak dari istal.

Beberapa langkah setelah meninggalkan istal, Leonidas bertanya. "Siapa orang yang ada di istal tadi, Gabriella? Ruffel? Ruffard? Oh! Ruffalo!" seru Pangeran.
"Dia adalah putra Arthur satu-satunya, pangeran." Kata Gabriella yang tersenyum hangat. Leonidas hanya mengangguk seadanya,
"Arthur? Jadi, dapat dipastikankah bahwa dia memiliki talenta yang sama dengan pemimpin pasukan Matahari ini?"

"Tentunya tidak dapat diragukan!" Gabriella mengangguk dengan penuh semangat.

Jumat, 26 Maret 2010

7

"Kirlia? Kirlia?!" dalam sekejap, Hector panik.
Hector langsung beranjak dari duduknya.
Sang pangeran melihat keseleruhan pantai Seichna.

Seichna adalah pantai kecil yang terletak di pelosok Suncreano. Dibandingkan pantai Arckageigh yang ramai, luas dan lebih mudah diakses.
Walau begitu, keindahan Seichna telah mengalihkan perhatian Hector dari Arckageigh.
Dan sekarang, dalam hitungan detik, Hector hanya ditemani Seichna seorang.


Tiba-tiba dengan uniknya, angin mengitari sekelilingnya dan gulungan ombak kecil menghampiri kakinya.
"Kirlia. Jangan bermain-main." suara Hector menegang seiring angin yang mengibasi rambutnya. Angin tersebut bertambah kencang dan menghembuskannya ke wajahnya dalam seketika.
Beberapa saat kemudian, derap kaki kuda mengisi telinganya.
"Hector! Jangan diam saja! Waktu makan malam hampir tiba." Kirlia, yang sedang memegang tali kekang Versil, dengan santai membangunkan Hector dari kepanikannya.
Senyum polos mengembang di wajah Kirlia.

Menggelengkan wajah dengan kesal, Hector mengejar Versil yang sudah berputar arah, menuruti Kirlia.

Selasa, 23 Maret 2010

6

Tidak ada yang tahu kenapa tempat ini selalu diselimuti kegelapan. Sekuat-kuatnya matahari memancarkan sinarnya, kegelapan tetap ada. Satu-satunya suara dalam ruangan itu hanyalah gema langkah kaki.

"Siria. Berhentilah mengitari ruangan ini." Suara lelaki yang berat dan penuh otoriter menghentikan suara langkah itu.
"Aku hanya ingin tahu apa yang akan terjadi nanti. Aku tahu aku telah menyetujuinya, tetapi..." Siria berkata dengan lirih.





"Selamat sore, Putri Gabriella." Ucap pangeran Leonidas sambil mengecup tangan sang Putri. Mengangguk dan tersenyum kecil, Gabriella membungkuk, "Suatu kehormatan untuk dapat menemani Pangeran Leonidas melewati sore ini."
"Kehormatan yang sama ada padaku." Leonidas berkata sambil membantu Gabriella menyusuri tangga.

Percakapan santai dan kasual mengiringi malam Leonidas dan Gabriella. Batin Gabriella menyimpulkan bahwa dia adalah orang yang menyenangkan.
"Sudahkah saatnya kita kembali untuk makan malam, Gabriella?" Tanya Leonidas sambil menyusuri padang rumput Bracillo.
"Ya, sebentar saja kita terlambat dan Cornelia tidak akan memberikan kita hidangan utama." Gabriella tertawa kecil.

Perlahan Leonidas membawa Gabriella kembali ke istana dengan menggenggam tangan sang putri. Mereka melewati gudang perkakas, tempat peristirahatan dan istal.
Dari jauh dapat terlihat ada cahaya lentera di istal dan Gabriella tahu persis siapa yang ada disana.

Senin, 22 Maret 2010

5



Deg. Jantung Gabriella berdetak.
Oh sial, kutuknya dalam hati.

"Putri, apakah anda sudah siap? Pangeran Leonidas ingin bertemu dengan mu." pengawal pribadi Putri Gabriella mengumumkan hal tersebut.
"Aku berkunjung di waktu yang salah?" pertanyaan yang sebenarnya pernyataan dibisikan Ruffalo.
"Oh, bagus. Kau baru menyadarinya. Tak bisakah kau sadari lebih awal, sehingga kau memilih waktu yang lebih tepat?" Gabriella bergumam kesal.
"Itu karena-" Ruffalo berkata sangat halus dan penuh dengan keraguan.
"Maafkan aku, Ruffalo. Tapi bisakah kita lanjutkan ini nanti?" mata sang Putri meminta pengertian Ruffalo.
Menghela nafas untuk mengumpulkan dirinya sendiri, Ruffalo akhirnya berkata, "Baiklah, Putri. Dalam dongeng ini , apakah aku akan melompat keluar melalui jendelamu dengan gagah, atau bersembunyi diantara gaunmu, Gabriella?"
Gabriella merengut, "Kau pikir aku akan mengijinkanmu untuk berbuat bodoh seperti melompat dari ketinggian? Masuklah ke lemari ku, Ruffalo."
"Ya, ya, ya." Ruffalo bergumam malas.
Gabriella mendorong Ruffalo dan membukakan pintu lemari pakaiannya.
Ruffalo masuk dan duduk. Gabriella melemparkannya senyum kecil.
Sebelum tangan Gabriella meraih pintu lemari untuk menutupnya, Ruffalo menariknya, membawa Gabriella lebih dekat.
Dipisahkan sejauh hitungan milimeter saja, mereka terdiam dalam waktu yang cukup lama.

Tok. Tok. Tok.
Ketukan pintu pengawal membangunkan mereka.
Ruffalo menarik pintu dari dalam dan meninggalkan Gabriella di kamarnya sendiri.
"Ya, tunggu!" seru Gabriella.

Menarik nafas dalam-dalam, ia mempersiapkan dirinya untuk bertemu Pangeran Kerajaan Petir.







Suara Hector menghentikan langkah Kirlia.
Keheningan kembali menyergap mereka.
"Berisirahatlah sejenak disini, Kirlia." Hector memecahkan keheningan.
Ia menarik Kirlia mendekat ke arah air dan mengajaknya untuk duduk.
Ragu, Kirlia ikut terduduk di samping pangerannya.

Selama beberapa saat, mereka hanya terdiam menikmati sekitarnya dalam keheningan yang menenangkan.
Tanpa sadar, Kirlia yang sedang memainkan jemarinya mengeluarkan percikan api yang berwarna, senada dengan langit senja yang terbentang dihadapan mereka.

"Jadi... Kau dapat menggunakan sihir?" kata Hector memastikan.
Kirlia mengangguk kecil, "Sihir mengalir dalam darahku."
"Dan mengapa kau tida-"
"Belajar dengan Merlin? Arthur melarangku. Demi kesehatanku katanya." potong Kirlia dengan senyuman kecil.
"Mungkin aku dapat meyakinkan Arthur... Kalau kau dapat meyakinkanku." Hector berkata dengan senyum angkuhnya.
Mata Kirlia berbinar, "Dan bagaimana caraku meyakinkanmu, Pangeran? Mengubahmu menjadi katak?"
"Asal kau menciumku kembali menjadi manusia, kurasa tidak masalah." kata Hector, menjaili Kirlia.

Tiba-tiba percikan yang muncul di tangan Kirlia bertambah besar dan banyak.
Angin lalu juga bergabung dengan percikan itu, menyelubungi tubuh Kirlia.
Dan menghilangkannya dalam sekejap.


"Kirlia?" Hectorpun panik.

Senin, 18 Januari 2010

City Sunset

you noticed the lyrics that Yemima sang in chapter 4 ? created by Andisa, here's the full version !




when the wind blows
when your heart blooms
when the sky is red
flush away, you mad
when the city sleeps
when we buy our needs
when we think about tomorrow
forgetting the sorrow
and that's when we're starring at the sunset
beautiful colors and warm atmosphere
blows away your worries, just let it sweeps you
and when the night has come
you will feel so much better
cause the ray of city sunset takes away, you sad




beautiful isn't it ?
ask her to hear the music ! tee-hee !

Jumat, 01 Januari 2010

Greetings

Merry Christmas 2009
and
Happy New year 2010
I wish the best would come for you in this very new year ! Maaf ya postingnya ga rajin, i'll do better this 2010 ! Seneng banget deh ada yang baca Suncreano Kingdom. Semoga pembacanya makin banyak dan aktif dalam mengomentari dan lainnya. Sebenernya malah pingin banget dikomentari biar kita tau bahwa ada yang baca dan ngikutin voting dan lainnya. Thank you soooooo much ! We'll improve ! ! Love you all !