this is a story of a sun kingdom in a land of Cavoria, the colourful life of their warriors. a story that would engulfed the readers in no time.

Senin, 22 Maret 2010

5



Deg. Jantung Gabriella berdetak.
Oh sial, kutuknya dalam hati.

"Putri, apakah anda sudah siap? Pangeran Leonidas ingin bertemu dengan mu." pengawal pribadi Putri Gabriella mengumumkan hal tersebut.
"Aku berkunjung di waktu yang salah?" pertanyaan yang sebenarnya pernyataan dibisikan Ruffalo.
"Oh, bagus. Kau baru menyadarinya. Tak bisakah kau sadari lebih awal, sehingga kau memilih waktu yang lebih tepat?" Gabriella bergumam kesal.
"Itu karena-" Ruffalo berkata sangat halus dan penuh dengan keraguan.
"Maafkan aku, Ruffalo. Tapi bisakah kita lanjutkan ini nanti?" mata sang Putri meminta pengertian Ruffalo.
Menghela nafas untuk mengumpulkan dirinya sendiri, Ruffalo akhirnya berkata, "Baiklah, Putri. Dalam dongeng ini , apakah aku akan melompat keluar melalui jendelamu dengan gagah, atau bersembunyi diantara gaunmu, Gabriella?"
Gabriella merengut, "Kau pikir aku akan mengijinkanmu untuk berbuat bodoh seperti melompat dari ketinggian? Masuklah ke lemari ku, Ruffalo."
"Ya, ya, ya." Ruffalo bergumam malas.
Gabriella mendorong Ruffalo dan membukakan pintu lemari pakaiannya.
Ruffalo masuk dan duduk. Gabriella melemparkannya senyum kecil.
Sebelum tangan Gabriella meraih pintu lemari untuk menutupnya, Ruffalo menariknya, membawa Gabriella lebih dekat.
Dipisahkan sejauh hitungan milimeter saja, mereka terdiam dalam waktu yang cukup lama.

Tok. Tok. Tok.
Ketukan pintu pengawal membangunkan mereka.
Ruffalo menarik pintu dari dalam dan meninggalkan Gabriella di kamarnya sendiri.
"Ya, tunggu!" seru Gabriella.

Menarik nafas dalam-dalam, ia mempersiapkan dirinya untuk bertemu Pangeran Kerajaan Petir.







Suara Hector menghentikan langkah Kirlia.
Keheningan kembali menyergap mereka.
"Berisirahatlah sejenak disini, Kirlia." Hector memecahkan keheningan.
Ia menarik Kirlia mendekat ke arah air dan mengajaknya untuk duduk.
Ragu, Kirlia ikut terduduk di samping pangerannya.

Selama beberapa saat, mereka hanya terdiam menikmati sekitarnya dalam keheningan yang menenangkan.
Tanpa sadar, Kirlia yang sedang memainkan jemarinya mengeluarkan percikan api yang berwarna, senada dengan langit senja yang terbentang dihadapan mereka.

"Jadi... Kau dapat menggunakan sihir?" kata Hector memastikan.
Kirlia mengangguk kecil, "Sihir mengalir dalam darahku."
"Dan mengapa kau tida-"
"Belajar dengan Merlin? Arthur melarangku. Demi kesehatanku katanya." potong Kirlia dengan senyuman kecil.
"Mungkin aku dapat meyakinkan Arthur... Kalau kau dapat meyakinkanku." Hector berkata dengan senyum angkuhnya.
Mata Kirlia berbinar, "Dan bagaimana caraku meyakinkanmu, Pangeran? Mengubahmu menjadi katak?"
"Asal kau menciumku kembali menjadi manusia, kurasa tidak masalah." kata Hector, menjaili Kirlia.

Tiba-tiba percikan yang muncul di tangan Kirlia bertambah besar dan banyak.
Angin lalu juga bergabung dengan percikan itu, menyelubungi tubuh Kirlia.
Dan menghilangkannya dalam sekejap.


"Kirlia?" Hectorpun panik.

6 komentar:

  1. dapet darimana sih ide nulis ginian ckckck. gua suka banget gaya nulisnya fri, van, van. Nama-namanya keren banget! someday you should publish this to real world

    BalasHapus
  2. yap dan gua berharap punya edisi khususnya :D :D

    BalasHapus
  3. nanti edisi khusunya ada tanda tangan gua ya ndis ;P hahahah

    BalasHapus
  4. oh, sebenernya versi pertamanya corny bgt cuma gua msh ingat dan itu..... ckck melekat di otak gua hahahah.

    BalasHapus
  5. haiah tanda tangan lu van van ck ck, tararengkyu nditsie

    BalasHapus