this is a story of a sun kingdom in a land of Cavoria, the colourful life of their warriors. a story that would engulfed the readers in no time.

Kamis, 24 Juni 2010

12

"Kemana Hector, Kirlia?" Yemima separuh berbisik.
Untuk saja Eduard sedang berbincang dengan Phidias dalam acara makan malam bersama, kalau tidak Yemima akan ditegur dikarenakan perilakunya yang tidak sopan; berbisik di depan tamu.

"Mana aku tahu? Terakhir dia mengantarku kembali ke istana, lalu hilang kembali dengan Versil!" Kirlia berteriak dalam bisikannya.

Yemima mengerang. Pundaknya sekilas jatuh sambil ia mengambil sesendok makanan dari piringnya.
Eduard melirik Yemima lalu berkata dengan suaranya yang berwibawa, "Dimana Hector, Yemima?"

Mengangkat kepalanya, ia membalas ayahnya dengan sebuah tatapan.
"Permisi, Raja Phidias, Pangeran Leonidas." dengan kalimat itu, Yemima meninggalkan ruang makan yang sudah ditata rapih oleh pegawai istana.

Gabriella dan Kirlia pun hanya bisa berbalas pandang.


Leonidas melegakan tenggorokannya, memecahkan keheningan di meja makan.
Suasananya kembali seperti semula. Eduard pun meminta maaf atas sikap anak-anaknya terhadap Phidias.
"Tenang saja, Eduard. Kalau bukan begitu, aku akan heran," katanya terhadap Eduard. Melihat muka bingung Eduard, Phidias melanjutkan, "Karena begitulah anak muda. Lancelot ini, juga tidak seperti yang kau lihat pada luarnya." dengan begitu kedua sahabat kerajaan ini tertawa.

"Seperti apa Hector, Gabriella?" Leonidas melanjutkan perbincangan kecil antara dia dengan putri Matahari ini. Sambil tertawa kecil, Gabriella menjawab, "Untuk hal itu tanyalah kepada Kirlia. Aku sebagai kakaknya hanya bisa menceritakan sisi buruknya." Mereka pun tertawa.

"Jadi? Bagaimana Hector?" Leonidas memalingkan mukanya ke Kirlia.
Dengan pipi yang merona, Kirlia menjawab. "Walaupun dia terkadang suka melakukan hal yang kekanak-kanakan dan egois, tapi Pangeran sangat berwibawa pada saatnya, dia memiliki hati yang baik didukung dengan auranya yang kuat." Kirlia berkata dengan senyum kecil diwajahnya.

Semua pun ikut tersenyum melihat kejujuran Kirlia.

Minggu, 20 Juni 2010

I'm Just Sayin...

1. I think that Paul's Band is similar to Jack Johnson.

2. Sorry about the punctuation mark. I've noticed some mistakes but (so sorry) I'm too lazy to edited it, maybe some other time.

3. Keep reading and please, please, please i beg you to comment! Because in that way, i know that people really read my story, so... please!!

-we love you readers

11

"Oh!" Seru Gertrude saat melihat Lancelot, Hades, Hector, dan Ruffalo memasuki tempat kerjanya. Gertrude merupakan salah satu koki di Pampino's. Dan dia merupakan sepupu Cornelia yang bekerja di istana.

Para lelaki pun membungkuk untuk menyambut pelukan hangat dari Gertrude. Badannya yang gempal, dan rambut merahnya yang menyala menambah kehangatan dalam setiap pelukan yang ia beri.

"Hai, Gertrude. Tidak apa kami datang dan mengganggumu, bukan?" Kata Hades. Seraya mencubit pipi Hades, Gertrude membalas, "Bagaimana aku bisa keberatan untuk membuat masakan bagi pemuda tampan seperti kalian?"

"Oh ya, Malam ini, Paul akan bermain." Kata Gertrude sambil mengedipkan matanya.

Sebelum Gertrude kembali ke dapur, Lancelot mencegahnya. "Hey, Gertrude. Apakah... Janina ada ?" Lancelot menanyakannya dengan nada penuh keraguan sambil berbisik.

"Lancelot !" Tiba-tiba terdengar suara melengking yang berteriak.Lancelot mengutuk dalam hati.

Janina ! seru Lancelot malas dalam hatinya.

Lancelot membalas sapaan Janina dengan senyuman kecut, yang Janina tak bisa rasakan. "Kemana saja kau, Lancelot? Sudah lama kau tidak kemari lagi?" Kata Janina sambil menarik Lancelot ke salah satu sisi bar tempat teman-temannya berada."Ehh ya... Tidak apa-apa." Lancelot berkata sambil menarik tangannya dari pelukan Janina.

Beberapa saat kemudian Gertrude kembali dengan berbagai macam makanan. Mereka bercanda tawa dan bersantai sejenak. Kecuali Lancelot yang selalu berusaha lepas dari cengkraman Janina tentunya.

Langit menggelap, waktu berjalan, tapi Pampino's makin ramai. Beberapa orang sudah mulai kehilangan kesadarannya. Saat para lelaki mulai meneguk minuman keras pertama untuk malam ini, dentuman bass terdengar dari arah panggung.

"Hey ! Itu pasti Paul's." Kata Ruffalo semangat.

Di Pampino's ada sebuah grup musik yang cukup dikenal. Penyanyi utamanya bernama Paul, makanya kebanyakan orang-orang memanggil nama grup mereka cukup dengan sebutan Paul's. Dentuman double bass sudah dilantunkan oleh Billy.

"Selamat malam, tuan-tuan dan nona-nona," Paul membuka penampilan dengan salam, sambil menebarkan senyum kepada gadis-gadis yang sedang berkunjung ke Pampino's. Mereka membalas Paul dengan tawa. Rick memainkan beberapa nada dipianonya sambil John membetulkan senar gitarnya.

Meniupkan harmonikanya sebagai pembukaan, Paul melantunkan nada halus dan lincah. Billy pun mengikuti nada harmonika Paul yang disusul oleh Rick dan John. Terkagum atas spontanitas berirama mereka yang indah, penonton memberi tepukan dan sorakan.

Setelah itu, pertunjukan yang sesungguhnya dimulai. Suara Paul yang lembut namun tegas menghanyutkan para penonton.

Malam ini baru saja dimulai.

Sabtu, 19 Juni 2010

10


Angin malam. Lampu remang. Dan ricuh suara penduduk.


Tiga hal yang dapat mendeskripsikan Indigzione saat malam. Kota utama di Suncreano ini adalah pusat kegiatan saat malam. Lantunan lagu yang lembut dan halus menjalar dari berbagai tempat, menyatu dengan suara sekitarnya.

"Ahh, sudah dapat kukecapi rasa makanan yang sedang Gertrude buat." Hector berkata dengan penuh semangat. Mengerutkan dahinya, Lancelot membalas, "Jadi kita akan makan di Pampino's ?" Dia mengerang malas.
"Apakah kau punya ide lain, Lancelot ? Lagipula mengapa kau malas ke tempat Pampino ? Memiliki darah yang sama dengan Cornelia membuat Gertrude juga pintar memasak, kan?" Kata Hades santai.
"Sungguh, Hades. Itu kalimat terpanjang yang kudengar darimu hari ini." Lancelot menatap takjub.

Tertawa, Ruffalo berkata, "Kau lupa, Hades, apa yang menyebabkan Lancelot malas untuk makan di tempat Pampino?" Pertanyaan Ruffalo menggantung di udara.

"Ah!" Hector berseru. Hades melihatnya dengan tatapan tanda tanya sebelum ikut menyusul Hector, "Aku ingat!" Serunya.
"Janina." Hector dan Hades mengucapkannya bersamaan.

Janina adalah anak perempuan Pampino yang memiliki perasaan khusus terhadap Lancelot. Awalnya dia sangat manis terhadap Lancelot, tapi lama-lama Janina menjadi sangat tergila-gila akan Lancelot dan selalu melemparkan dirinya pada Lancelot setiap kali mereka bertemu. Itulah yang membuat Lancelot menjadi kurang menyukai Janina dan berusaha menghindarinya disetiap kesempatan. Dan tentunya ini adalah bahan tertawaan untuk teman-temannya. Lancelot kembali mengerang dan berjalan menjauhi mereka yang sedang menertawakannya.

"Itu alasan pertama bagi Lancelot. Alasan kedua adalah... Pampino sudah menoreh nama Lancelot di daftar hitamnya." Kata Ruffalo seiring melanjutkan tawanya.

"Sudahlah, Ruffalo! Dan kejadian yang membuatku menghancurkan separuh tempatnya adalah salah lelaki brutal itu!" Lancelot setengah berteriak.
"Ya, tentu. Tapi ketika seseorang menyerang orang lain yang jauh lebih besar, menjatuhkannya berkali-kali, dan membuatnya tidak sadar, akan membawa dampak yang besar di tempat pertarungan. Yang tidak lain adalah tempat makan Pampino." Hector menjelaskan sambil separuh tertawa.

Hades pun menepuk bahu Lancelot, "Ayolah, kita sudah sampai." Erangan kembali keluar dari bibir Lancelot sambil memasuki Pampino's dengan didorong teman-temannya.