Tidak ada yang tahu kenapa tempat ini selalu diselimuti kegelapan. Sekuat-kuatnya matahari memancarkan sinarnya, kegelapan tetap ada. Satu-satunya suara dalam ruangan itu hanyalah gema langkah kaki.
"Siria. Berhentilah mengitari ruangan ini." Suara lelaki yang berat dan penuh otoriter menghentikan suara langkah itu.
"Aku hanya ingin tahu apa yang akan terjadi nanti. Aku tahu aku telah menyetujuinya, tetapi..." Siria berkata dengan lirih.
"Selamat sore, Putri Gabriella." Ucap pangeran Leonidas sambil mengecup tangan sang Putri. Mengangguk dan tersenyum kecil, Gabriella membungkuk, "Suatu kehormatan untuk dapat menemani Pangeran Leonidas melewati sore ini."
"Kehormatan yang sama ada padaku." Leonidas berkata sambil membantu Gabriella menyusuri tangga.
Percakapan santai dan kasual mengiringi malam Leonidas dan Gabriella. Batin Gabriella menyimpulkan bahwa dia adalah orang yang menyenangkan.
"Sudahkah saatnya kita kembali untuk makan malam, Gabriella?" Tanya Leonidas sambil menyusuri padang rumput Bracillo.
"Ya, sebentar saja kita terlambat dan Cornelia tidak akan memberikan kita hidangan utama." Gabriella tertawa kecil.
Perlahan Leonidas membawa Gabriella kembali ke istana dengan menggenggam tangan sang putri. Mereka melewati gudang perkakas, tempat peristirahatan dan istal.
Dari jauh dapat terlihat ada cahaya lentera di istal dan Gabriella tahu persis siapa yang ada disana.
Selasa, 23 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar